CAHYO
NAYASWARA
SATRIO
PININGIT MENURUT ALQUR’AN
Sebahagian
besar ummat islam yang ada di Indonesia terlebih-lebih lagi umat islam yang ada
di luar negeri tidak mungkin mempercayai cerita akan munculnya tokoh Satrio
Piningit. Alasan mereka enteng-enteng saja dan amat sangat sederhana kalau
tidak ingin dikatakan menggampangkan atau menganggapnya sepele. Mereka tentu
akan mengatakan kalau cerita itu tidak ada dasar haditsnya dan tidak ada
ayatnya dalam Alqur’an, apa lagi Satrio Piningit hanya ramalan Joyoboyo. Dalam
fiqhi islam, haram hukumnya mempercayai ramalan. Bagi ummat islam keturunan
Jawa, mereka bersikap lebih moderat dan santun karena takut kuawalat pada
leluhurnya mengingat ramalan Joyoboyo ini sudah berusia ratusan tahun, dan
dipercaya oleh leluhur mereka.
Ummat
islam yang bergaris keras tegas, yang menghitamputihkan persoalan, yang
mengharamkan ramalan bersikap ambivalen dan pembual. Mereka mengharamkan
ramalan akan tetapi menghalalkan prediksi. Terminologi “ramalan” adalah
menyampaikan sesuatu yang belum terjadi tapi akan terjadi. Makna kata
“prediksi” atau “perkiraan” tidak ada bedanya dengan “ramalan”. Prediksi atau
perkiraan dapat diterima oleh ummat islam karena rentang waktu kejadiannya
relatif singkat, meski prediksi atau perkiraan bermakna ramalan juga.
Parameter
untuk mengetahui benar tidaknya sebuah ramalan hanya dua. Pertama, rentang waktu yang panjang antara saat ramalan pertama
kali disampaikan dengan waktu kejadiannya. Kedua,
jumlah manusia yang percaya (beriman) apakah semakin bertambah atau berkurang
yang pada ahirnya punah, habis ditelan bumi. Kedua parameter di atas dipenuhi
oleh ramalan Joyoboyo, waktu yang panjang dan orang yang percaya semakin
bertambah dan tidak terbatas di pulau Jawa saja.
Beda
halnya dengan penganut kepercayaan “tolotang” (berafiliasi ke agama hindu) di
kabupaten Sidrap – Sulawesi Selatan. Cahyo Nayaswara telah melakukan penelitian
dan menyimpulkan bahwa aliran itu menganut faham animisme yang bersumber dari
ajaran Lagaligo. Mereka menunggu munculnya seorang tokoh yang bernama
Sawerigading (putera Lagaligo) untuk yang kedua kalinya. Pemimpin spiritual
mereka disebut uwak. Semua pengikut tunduk pada perkataan uwaknya. Aliran ini
juga meramalkan dan meyakini akan munculnya seorang tokoh penyelamat.
Kepercayaan ini sudah berusia seribu tahun lebih dan pengikutnya sekarang
tinggal beberapa ratus Kepala Keluarga saja. Karena parameter kedua tidak
terpenuhi maka kami kesampingkan. Ramalan mereka tidak memenuhi syarat untuk
bisa dijadikan rujukan dalam mencari kebenaran sebuah ramalan.
Kiamat
adalah peristiwa yang belum terjadi akan tetapi sudah lama dijanjikan. Kiamat
pertama kali dijanjikan pada masa nabi Nuh alaihissalam. Janji kiamat masih
berlaku sampai hari ini dan entah sampai kapan. Hanya Allah yang tahu karena
Dia yang berjanji, maka biarlah Tuhan sendiri yang membuktikan janjiNya. Janji
Tuhan sifatNya pasti. Ummat islam dan kristen meyakini janji Tuhan karena janji
itu terdapat dikitab sucinya. Sedang hindu, budha dan kong hu chu bersikap
moderat karena janji itu tidak terdapat di dalam kitabnya.
Joyoboyo
bukan Tuhan, karena itu kebenaran yang dia sampaikan menggunakan kata “ramalan”
sebab hanya kata itu yang pas digunakan untuk membedakan dirinya dengan Tuhan
meskipun apa yang disampaikan sama-sama mengandung nilai kebenaran. Janji Tuhan
bersifat pasti dan janji Joyoboyo sifatnya relatif. Untuk membuktikan
relatifitasnya maka digunakan kata yang tepat yaitu “ramalan”. Ummat islam yang
beriman (percaya) kepada ramalan Joyoboyo tidak dapat dikategorikan sebagai
musyrik oleh karena adanya kata pembuka “ramalan” (relatif) tersebut.
Cahyo
Nayaswara dengan tegas menyatakan: beriman (percaya) kepada ramalan Joyoboyo.
Pernyataan ini berani kami sampaikan dengan tegas setelah kami melakukan
perenungan yang mendalam berdimensi spiritual, study literatur yang berfokus
pada kebenaran peramal-peramal dunia termasuk Nostrodamus dan yang paling
penting adalah kajian kritis terhadap Alqur’an. Semua ini kami lakukan dalam
waktu yang amat singkat setelah membaca Tulisan Gerakan Al Mahdi di internet.
(Mohon maaf nama penulisnya tidak, kami ketahui).
Perlu
kami tegaskan bahwa kami tidak beriman (percaya) terhadap semua
penafsiran-penafsiran terhadap “ramalan” Joyoboyo yang ada di internet atau
yang dijual bebas di toko buku dan pasar-pasar, siapapun yang melakukan
penafsiran itu dan apapun latar belakang mereka. Semua penafsiran “ramalan”
Joyoboyo yang tidak menjadikan Alqur’an sebagai rujukan utama sepatutnya
ditolak.
ASHABUL KAHFI
Alqur’an,
Surah Kahfi (18:9-26) mengisahkan beberapa orang pemuda yang bersahabat, yang
hidup di masa pemerintahan Raja Dikyanus (Decius). Raja itu berlaku dzalim,
sombong, angkuh dan pemuja berhala. Pemuda yang bersahabat ini adalah pemuda
yang beriman kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Pemuda-pemuda itu
belum mengenal Allah karena agama nasrani dan agama islam belum ada. Di era
Joyoboyo agama nasrani dan islam juga belum masuk ke pulau Jawa.
Raja
memanggil pemuda bersahabat itu, karena mereka tidak mau menyembah apa yang
disembah oleh raja dan seluruh rakyat dalam kerajaannya. Di hadapan raja Allah
meneguhkan hati mereka. (18:14-15).
v dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu
mereka berdiri lalu mereka berkata : “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi;
kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau
demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”
v Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai
tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang
terang (tentang kepercayaan mereka ?). Siapakah yang lebih zalim daripada
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?
Agar
keyakinan pemuda-pemuda itu tidak dicemari oleh keyakinan yang dianut
orang-orang di sekitarnya maka salah satu dari mereka mengusulkan untuk
berlindung di dalam gua. Berlindung dapat ditafsirkan sebagai bersembunyi. (18 : 16).
v Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang
mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu
niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan
sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.
“Bersembunyi”
dalam bahasa Jawa kuno dapat dimaknai sebagai “piningit”. Pemuda yang teguh
pendiriannya, kokoh keyakinannya meski di hadapan raja yang dzalim tidak merasa
gentar sedikitpun adalah pemuda jantan, gagah dan berani. Pemuda seperti itu
adalah tipikal seorang satria. Dalam bahasa Jawa disebut Satrio. Ummat Islam yang ada sekarang ini adalah
ummat yang hidup dan tunduk pada kekuasaan raja yang bernama “hawa nafsu”. Segala tindakannya, laku dan perbuatannya
semua yang dilaksanakannya berdasarkan kehendak nafsu dan untuk tujuan nafsu.
Mulutnya mudah berkata bahwa semua “karena” Allah semata akan tetapi hatinya
yang paling kecil mengatakan “tidak”. Mereka memiliki tujuan lain yaitu untuk
mendapatkan “uang” dengan bahasa yang lebih dihaluskan “rezki Allah”. Hal itu
tidak dilarang dalam agama, malah dianjurkan dengan tujuan agar ummat islam
bisa hidup sejahtera dan berkecukupan kemudian membagi rezekinya dalam bentuk
zakat dan sadaqah. Semua kebaikan dan semua perintah agama yang dilaksanakan dengan
ta’at balasannya dibayar tunai oleh Allah bahkan disegerakan karena Allah tahu
bahwa manusia memiliki kecendrungan sifat tergesa-gesa. Janji-janji Allah
kepada manusia dibayar tunai di dunia ini, dengan begitu di padang masyhar
nanti posisi janji Allah kepada manusia menjadi zero. Jika Allah ingin memberi
“lebih” kepada hambanya yang Dia kehendaki maka itu adalah hak prerogatif Allah
sebagai Tuhan terhadap hambaNya. Hak
prerogatif ini hanya diberikan kepada mereka yang di masa hidupnya melaksanakan
“tauhid murni” kepada Allah. Orang yang melaksanakan tauhid murni adalah orang
yang setiap perkataannya dan setiap perbuatannya bukan atas keinginan dirinya
akan tetapi murni atas kehendak Allah dan di bawah pengawasan Allah.
Orang-orang
yang melaksanakan “tauhid murni” kepada Allah memiliki mental dasar sebagai
seorang ksatria karena mereka ditempatkan di dalam sebuah arena perjuangan
untuk membawa missi Allah. Seluruh nabi dan rasul jika tidak memiliki mental
ksatria tidak akan mungkin bisa bertahan menghadapi semua tantangan yang berat.
Apa yang mereka laksanakan bukan untuk kebaikan dirinya akan tetapi untuk Allah
semata. Meskipun mereka adalah ksatria-ksatria Allah akan tetapi mereka tidak
bisa dikatakan sebagai piningit karena mereka tidak disembunyikan, malah
sebaliknya mereka dipersaksikan (diperlihatkan) kepada manusia agar bisa
diceritakan, dipanuti dan diteladani.
Yang
dimaksud dengan “Sunnatullah” adalah hukum Allah yaitu hukum sebab- akibat.
Hukum sebab-akibat berjalan berdasarkan hukum Allah yaitu hukum keseimbangan.
Bila ada ksatria Allah yang diperlihatkan (disaksikan/diketahui) oleh manusia
maka pasti ada ksatria Allah yang disembunyikan. Azas hukum sebab-akibat dan
azas hukum keseimbangan telah terpenuhi karena Allah selalu mentaati hukumNya
sendiri.
Manusia
(ummat islam) yang mengikuti ksatria Allah yang diperlihatkan/ dipersaksikan
(nabi Muhammad) maka kebaikannya (amal baik) segera dibalaskan di dunia ini.
Keburukannya (amal buruk) ditangguhkan setelah pengikut itu meninggal dunia.
Berbeda halnya dengan manusia yang ditakdirkan mengikuti ksatria Allah yang
disembunyikan. Pengikut ini akan mengalami ujian dan cobaan berat terlebih
dahulu baru bisa mendapatkan kebaikan. Kebaikan itu akan didapatkan sejak
hidupnya di dunia ini hingga kehidupannya di akhirat. Mereka tidak mendapatkan
keburukan karena mereka tidak memiliki
kesalahan sebab bukan keinginan pribadinya akan tetapi mereka mendapatkan ujian
dan cobaan yang berat sebagai masa transisi dari manusia biasa menjadi seorang
ksatria Allah. Ksatria-ksatria Allah yang disembunyikan inilah yang dinamakan
Ashabul Kahfi. (18 : 9 - 3)
v Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami
gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami
yang mengherankan?
v (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat
berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa : “Wahai Tuhan kami berikanlah
rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus
dalam urusan kami (ini).
v Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam
gua itu.
v kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami
mengetahui manakah diantara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam
menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).
v Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad)
dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.
Para
mufassirin (ahli tafsir) berselisih pendapat dalam mengartikan kata “raqim”
pada ayat 9 di atas. Sebagian mengartikan “raqim” adalah nama anjingnya dan
sebagian mengartikan batu bertulis. Cahyo Nayaswara lebih cendrung
mengartikannya sebagi batu bertulis. Batu bertulis adalah “ramalan” Joyoboyo.
Disebut batu bertulis oleh karena kekuatan kebenaran ramalan itu. Batu bertulis
tidak termakan usia. Tak lekang dikena panas, tak lapuk dikena hujan.
Masyarakat jawa kuno dulu menulis dengan huruf paku. Huruf-huruf itu dipahat di
batu cadas. Alqur’an menyebut batu itu sebagai “raqim” yang artinya batu
bertulis.
Alqur’an
dengan tegas menyebutkan “Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua
itu”. Makna yang tersurah pada kata “tutup telinga” adalah tidak mau mendengar.
Ini persis sama dengan tipikal Satrio Piningit yang berjalan sendiri dan tidak
mau tahu dengan apa yang dikatakan orang, karena telinganya ditutup. (18 : 17 – 19).
v Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit,
condong dari gua mereka ke sebelah kanan dan bila matahari itu terbenam
menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas
dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi
petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang
disesatkanNya; maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
v Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka
tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan
kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah
kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan
terhadap mereka.
v Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka
saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang diantara
mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)”. Mereka menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau setengah
hari”. Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya
kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota
dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang
lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia
berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seseorang pun.
Ayat
17 dan 18 di atas secara jelas dan terang-terangan menyebut pemuda-pemuda yang
bersahabat itu “ditidurkan” di dalam gua. Bukan satu orang tetapi beberapa
orang. Alqur’an merahasiakan jumlah pastinya (ayat 22) justru yang Alqur’an
sebut dengan pasti adalah seekor anjingnya dalam posisi “yang mengunjurkan
lengannya di muka pintu gua”.
Makna
ditidurkan sama dengan disembunyikan. Dalam versi ramalan Joyoboyo sekali lagi
ditegaskan disebut “piningit”. Dalam ramalan Joyoboyo Satrio Piningit
tegas-tegas menyebut satu orang saja sedangkan Alqur’an menyebut pemuda-pemuda
itu lebih dari satu orang. Allah merahasiakan jumlah pastinya.
Benar,
Satrio Piningit hanya satu orang saja. Satrio Piningit ini adalah pemimpin.
Pemuda-pemuda yang dimaksudkan dalam Alqur’an yang jumlahnya dirahasiakan
adalah murid-murid sekaligus sebagai pengikut setia Satrio Piningit. Dalam
ramalan Joyoboyo Satrio Piningit disebut memiliki murid. Jumlahnya tidak
disebutkan.
Alqur’an
mengisahkan keberadaan seekor anjing. Anjing adalah simbol kesetiaan dan
persahabatan. Tidak ada binatang yang paling setia kepada tuannya kecuali
anjing. Tidak ada binatang yang paling mudah bersahabat dengan manusia kecuali
anjing. Kuda dan kucing termasuk binatang yang bisa bersahabat dengan manusia
akan tetapi keduanya tidak memiliki kesetiaan. Murid-murid Satrio Piningit amat
sangat setia kepada Satrio Piningit. Mereka tahu betul siapa Satrio Piningit
yang sesungguhnya akan tetapi mereka menjaga dan menutup rapat-rapat rahasia
itu sampai saat waktunya tiba. Posisi anjing di depan pintu gua memberi makna
bahwa kesetiaan murid akan dibuktikan dengan menjaga mulut mereka (pintu gua)
agar tidak memberitahukan kepada siapapun sosok Satrio Piningit yang
sebenarnya. Antara murid yang satu dengan murid lainnya memiliki persahabatan
yang kental, mereka memiliki hakikat sejatinya sebuah persaudaraan. Semua
murid-murid Satrio Piningit adalah laki-laki. Meskipun memiliki istri dan anak
namun istri dan anak-anaknya itu tidak dimasukkan dalam kategori murid. Kata
yang tepat menyebut istri dan anak-anak mereka sebagai pengikut Satrio
Piningit. Murid-murid Satrio Piningit memiliki kekuatan, memiliki samangat bak
pemuda tangguh tak terkalahkan dan selalu siap melaksanakan perintah Satrio
Piningit. Dalam melaksanakan perintah itu mereka memiliki kesadaran prima,
kecermatan dan kewaspadaan yang tinggi, sebagaimana makna ayat 20 dibawah ini:
v Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu,
niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu atau memaksamu kembali kepada
agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung
selama-lamanya.
Pemuda-pemuda
ashabul kahfi tidak membawa missi agama karena di masanya belum ada agama
nasrani dan agama islam. Mereka hanya memiliki keyakinan diri tentang adanya
Tuhan. Pemuda itu meminta kepada penduduk agar di atas gua dibuat “rumah
peribadatan” akan tetapi bukti-bukti arkeologis yang dapat dilihat sekarang ini
tidak terdapat tanda-tanda adanya bekas peninggalan rumah peribadatan tersebut.
(18 : 21).
v Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia)
dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan
bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu
berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata : “Dirikanlah sebuah
bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka”.
Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan
mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya”.
Manusia
yang hidup sekarang ini masih dapat menyaksikan gua ashabul kahfi di dekat
Damaskus. Di atas gua itu hanya ada batu cadas yang gersang dan tidak terdapat
tanda peninggalan rumah peribadatan.
Ramalan
Joyoboyo juga tidak menyebut bahwa Satrio Piningit membawa missi agama
tertentu. Tidak ada agama yang dia benarkan dan tidak ada agama yang
disalahkan. Rumah peribadatan di atas gua kahfi hanyalah simbol yang bisa memberi
pencerahan kepada kita bahwa posisi yang dimiliki Satrio Piningit sangat
strategis karena posisi dia berada dibawa TAHTA TUHAN (rumah peribadatan).
Dalam versi ramalan Joyoboyo, posisi Satrio Piningit disebut sebagai anak dewa
berwujud manusia. (18 : 22).
v Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah
mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain)
mengatakan: “(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya”,
sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan:
“(jumlah mereka) tujuh orang yang kedelapan adalah anjingnya”. Katakanlah :
“Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka: tidak ada orang yang mengetahui
(bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammad)
bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu
menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara
mereka.
Alqur’an
tidak menjelaskan berapa jumlah ashabul kahfi yang sebenarnya. Alqur’an hanya
menyebut angka-angka ganjil; tiga, lima dan tujuh. Adapun anjing disebutkan
pada posisi angka yang genap, empat, enam dan delapan.
Ramalan
Joyoboyo juga tidak menyebutkan berapa jumlah murid Satrio Piningit yang
sebenarnya. Alqur’an merahasiakan, Joyoboyo juga merahasiakan. Yang mengetahui
jumlah yang sebenarnya adalah Satrio Piningit sendiri dan murid-muridnya itu.
Anjing adalah simbol kesetiaan pada sang guru. Anjing adalah simbol kesetiaan,
persahabatan dan persaudaraan antara sesema muridnya. Jika manusia mengatakan
murid Satrio Piningit jumlahnya banyak
maka kamu salah karena jumlahnya sedikit. Jika kamu katakan sedikit maka kamu
salah karena jumlah mereka banyak. Jika kamu katakan hitungan mereka genap maka
kamu salah karena hitungan mereka ganjil. Jika kamu katakan hitungan mereka
ganjil maka kamu salah karena hitungan mereka adalah genap. Semua murid-murid
Satrio Piningit digenapkan oleh kekuatan gaib. Kekuatan itu adalah kekuatan
gaib Satrio Piningit yang selalu setia menjaga murid-muridnya, menjaga rahasia
dirinya sekaligus menjaga rahasia Tuhannya. Rahasia Satrio Piningit adalah
rahasia Tuhan. Itulah misteri rumah peribadatan di atas gua persembunyian
(piningit). Allah menjaga kerahasiaan Satrio Piningit bersama murid-muridnya,
sebagaimana Allah menjaga kerahasiaan jumlah pemuda Ashabul Kahfi. Allah
melarang nabi Muhammad mempertanyakan jumlah pemuda Ashabul Kahfi apalagi
mempertanyakan nama-nama mereka. Dalam ramalan Joyoboyo nama Satrio Piningit
dan jumlah murid-muridnya juga dirahasiakan. Yang mengetahui jumlah mereka yang
sebenarnya adalah mereka sendiri. Sangat sedikit jumlahnya jika dibandingkan
dengan bangsa Indonesia yang berjumlah dua ratus juta lebih. Bila ada manusia
biasa yang membicarakan, membahas atau mendiskusikan topik Satrio Piningit bersama murid-muridnya, Alqur’an menyebut
manusia-manusia itu hanya melakukan terkaan terhadap barang yang gaib. Ashabul
Kahfi dan Satrio Piningit bukan merujuk pada nama seseorang atau kelompok akan
tetapi sifat, perilaku dan kepribadian sekelompok orang dimana di dalam kelompok itu ada seorang
pemimpinnya. Dalam ramalan Joyoboyo disebutkan “bila Satrio Piningit muncul
maka dia menggunakan nama barunya”. Bila namanya telah muncul maka ikutilah
perkataannya, karena perkataannya itu adalah kebenaran. Perkataannya bernilai
sebuah firman. Bernilai sebuah sabda. Bermakna sebagai “titah” dari seorang
pemimpin (raja) yang bijaksana.
Bila
Allah telah menginzinkan Satrio Piningit menggunakan nama barunya kemudian
manusia telah mengetahui bahwa “nama” itu adalah nama ksatria Allah yang
disembunyikan maka dapat dikatakan sepertiga dari rahasia Satrio Piningit telah
mulai dibuka. Jika manusia telah mengetahui sosok pengguna atau pemilik nama
tersebut meski belum berjumpa dengan sosok itu maka itu berarti dua pertiga
rahasia Satrio Piningit telah dibuka. Bila manusia telah merjumpa dengan Satrio
Piningit sebagaimana manusia berjumpa dengan Ashabul Kahfi setelah bersembunyi
di dalam gua maka itu berarti seluruh rahasia Satrio Piningit telah dibuka
dengan terang benderang. Saat itu Satrio Piningit bukan lagi ksatria Allah yang
disembunyikan akan tetapi disebut ksatria Allah yang dipersaksikan atau
diperlihatkan. Manusia wajib mengikuti perkataannya dan mentaati segala
perintahnya. Sebagaimana pada Ashabul Kahfi, ksatria Allah yang nanti akan
dilihat oleh manusia tidak membawa missi agama. Syariah islam ditiadakan, tata
cara peribadatan agama lainnya dihapuskan, “tauhid murni” kepada Allah
ditegakkan dengan cara tunduk dan taat kepada apa yang diperintahkan oleh
Ksatria Allah yang telah dipersaksikan tersebut.
v Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus
tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)
(18 : 25)
Pemuda
ashabul kahfi ditidurkan di dalam gua dalam waktu yang sangat lama. Alqur’an
menyebut lamanya waktu mereka disembunyikan (piningit) di dalam gua adalah tiga
ratus tahun dan sembilan tahun, akan tetapi ashabul kahfi hanya merasa seperti
sehari atau setengah hari saja (18:19). Perbandingan waktu ahirat dan waktu
dunia adalah sehari ahirat (waktu gaib) lima ratus tahun waktu di dunia (waktu
nyata). Kalau dihitung dengan waktu gaib (ahirat) maka dapat disimpulkan bahwa
ashabul kahfi berada di dalam gua tidak cukup sehari akan tetapi lebih dari
setengah hari dengan asumsi waktu nyata (dunia) adalah tiga ratus tahun dan
ditambah sembilan tahun.
Maka
benarlah apa yang disebutkan dalam “ramalan” Joyoboyo bahwa Satrio Piningit
mengenal baik leluhur kalian, tahu semua kejadian masa lalu seakan-akan dia ada
saat kejadian itu. Hal ini disebabkan karena Satrio Piningit menggunakan “dua”
waktu yaitu waktu gaib dan waktu nyata, yang perbandingannya sehari berbanding
lima ratus tahun. Ramalan Joyoboyo sudah berusia lima ratus tahun lebih akan
tetapi selalu segar dalam ingatan seakan-akan sabdo palon nayo genggong baru
mengucapkannya kemarian siang. Perasaan itu benar karena hitungannya
menggunakan waktu gaib. Perasaan seperti itulah yang dirasakan oleh ashabul
kahfi.
Sangat
beralasan jika manusia tidak dapat mengetahui apalagi menemukan sosok Satrio
Piningit yang sebenarnya, sebab manusia hanya menggunakan waktu nyata. Meskipun
Satrio Piningit hidup di zaman kita, dizaman modern ini, berada di sekitar
kita, menyaksikan kita, menggunakan semua kecanggihan teknologi yang kita
gunakan dan juga menggunakan waktu nyata sebagaimana yang kita gunakan akan
tetapi jika dia sudah merasakan ada manusia yang telah sampai pada tingkatan
“meraba-raba” dirinya (belum mengetahui apalagi menemukan) maka dengan sekejap
mata dia masuk ke dalam dimensi waktu gaib. Di waktu gaib itulah tempat
persembunyian Satrio Piningit. Dia “memingit diri” di dalam waktu gaib. Wajar,
logis dan rasional jika manusia tidak dapat mengetahuinya apalagi menjumpainya.
Ramalan
Joyoboyo menyatakan: Satrio Piningit bersenjatakan “trisula weda” memiliki ilmu
sakti mandraguna. Tri artinya tiga (3). Tiga (3) adalah bilangan ganjil. Alqur’an
(18 : 25) juga menyebut angka tiga ratus (300). Tentu ini ada hubungannya mengingat
angka nol (00) adalah bilangan tak terhingga maka disebut sakti mandraguna
karena kekuatannya tak terhingga.
Tiga
ratus (300; 3 = trisula, 00 = sakti mandraguna/tak terhingga) tahun dan
ditambah sembilan (9) tahun lagi. Bisa saja Alqur’an menyebut tiga ratus
sembilan tahun akan tetapi yang dikatakan adalah tiga ratus untuk memberi
penekanan bahwa itulah senjata “trisula weda”, dan ditambah sembilan untuk
memberi penekanan bahwa sembilan (9) itu adalah angka pemilik senjata yaitu
Satrio Piningit.
Bilangan
asli adalah : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Bilangan
tak terhingga adalah : 0
Bilangan
genap adalah: 2, 4, 6 dan 8
Bilangan
ganjil adalah : 1, 3, 5, 7 dan 9
Semua
bilangan-bilangan ini disebutkan dalam ashabul kahfi, yang dapat dimaknai
sebagai berikut:
a. Bilangan
Ganjil
1 adalah Tuhan
3 adalah Satrio Piningit dan murid-muridnya
(ashabul kahfi)
5 adalah Satrio Piningit dan murid-muridnya
(ashabul kahfi)
7 adalah Satrio Piningit dan murid-muridnya
(ashabul kahfi)
9 adalah Satrio Piningit (pemimpin)
b. Bilangan
Genap
4 adalah kesetiaan, persahabatan dan persaudaraan (anjing
ashabul kahfi)
6 adalah kesetiaan, persahabatan dan persaudaraan (anjing
ashabul kahfi)
8 adalah kesetiaan, persahabatan dan persaudaraan (anjing
ashabul kahfi)
Catatan : angka 2 tidak
disebutkan karena Tuhan tidak boleh digenapkan
GORO-GORO MENURUT ALQUR’AN
Joyoboyo
meramalkan bahwa tanda kemunculan Satrio Piningit apabila telah terjadi
“goro-goro”. Yang dimaksud dengan goro-goro adalah terjadinya suatu peristiwa
maha dahsyat yang membawa dampak besar terhadap bangsa Indonesia, khususnya
ummat islam sebagai golongan yang mayoritas mendiami negara ini.
Awalnya
penulis tidak ingin mengkaji permasalahan “goro-goro” sebagaimana yang
diramalkan oleh Joyoboyo dan sedang ribut dibicarakan oleh orang-orang setiap
menjelang pemilihan presiden. Penulis lebih menyikapinya dengan sikap apatis
(masa bodoh) untuk mengimbangi rasa pesimisme penulis terhadap peristiwa yang
akan terjadi tersebut. Bila perasaan ini dibiarkan berlarut-larut maka secara
tidak langsung penulis telah memasukkan dirinya kedalam satu perangkap bahwa
penulis telah melakukan “kecurangan intlektual” secara sadar karena penulis
menyajikan satu kajian ilmiah yang belum pernah dilakukan oleh manusia
dimanapun dalam keadaan tidak utuh, tidak sempurnah dan tidak total mengingat
antara Satrio Piningit dan goro-goro memiliki hubungan causalitas (sebab-akibat)
yang musti dianalisis secara keseluruhan sesuai dengan pendekatan ilmiah yang
dipilih oleh penulis yaitu Alqur’an.
Ayat
Alqur’an yang dapat kami kemukakan untuk membackup kebenaran “goro-goro”
sebagaimana yang diramalkan oleh prabu Joyoboyo adalah Surah Al-Isra (17 : 58):
v Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka
penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab
(penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis
di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).
Mungkin
orang-orang pandai, alim ulama, kiyai dan ustaz akan mengatakan bahwa ayat itu
tidak relevan menyebut kebenaran ramalan Joyoboyo menyangkut peristiwa
goro-goro oleh karena ayat tersebut hanya berhubungan dengan ummat nabi Saleh
dan telah terjadi di masa lampau sebagaimana kelanjutan ayat berikutnya (17 :
59):
v Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami
untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena
tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami
berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat,
tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda
itu melainkan untuk menakuti.
Mereka
yang merasa cerdik pandai akan lebih merendahkan penulis jika disampaikan
kelanjutan ayat 17:60 berikut ini:
v Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu:
“Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan Kami tidak
menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian
bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Alqur’an . Dan
Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar
kedurhakaan mereka.
Mereka
yang merasa diri ulama, ustaz, para kiyai dan orang-orang cerdik pandai lainnya
tidak menyadari bahwa untuk mengetahui keadaan penduduk Indonesia saat sekarang
ini adalah dengan mengkaji ayat 60 terlebih dahulu. Bottom up dan bukan Top
down.
Penulis
lebih cenderung memaknai kata “mimpi” pada ayat 60 sebagai penglihatan gaib
rasulullah di malam isra’ mi’raj, dimana ketika nabi Muhammad menceritakan
“mimpi” itu kepada ummat islam sebagian besar tidak mempercayainya dan
sebagiannya lagi ragu-ragu kecuali Abubakar Assyiddiq (orang yang meyakini)
mimpi tersebut. Allah ingin menguji kemudian menyeleksi tingkat kepercayaan
ummat pada masa itu.
Di
masa sekarang Allah ingin menguji ummat islam (hususnya di Indonesia) saat ini
dengan adanya “pohon kayu terkutuk dalam Alqur’an”. Yang dimaksud dengan pohon
kayu terkutuk adalah pohon zaqqum sebagaimana surah 37: 63-67;
v Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu
sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim.
v Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar
dari dasar neraka Jahim.
v Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.
v Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan
sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum
itu.
v Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti
mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas.
Orang-orang
yang melakukan demonstrasi adalah orang-orang yang merefleksikan api kemarahan
yang ada di dalam dirinya. Orang-orang itu telah memakan buah zaqqum, dan
setelah perutnya penuh mereka diberi minuman yang bercampur dengan air yang
sangat panas. Mereka tidak mau tunduk, mereka melakukan perlawanan dan
memaksakan kehendaknya karena kepalanya adalah mayangnya pohon zaqqum seperti
kepala-kepala syaitan. Ayat 60 surah Al Isra’ menggambarkan kepada kita suasana
dan perasaan manusia yang melakukan demonstrasi yaitu rakyat Indonesia. Tujuan
demonstrasi adalah sikap rakyat yang melakukan protes terhadap pemerintah
(presiden dan penyelenggara negara lainnya dari semua tingkatan) disebabkan
karena mereka tidak berlaku adil.
Di
masa lalu, Allah mengutus nabi Saleh di tengah-tengah kaum Samud. Nabi Saleh
berkata kepada kaumnya “janganlah ganggu unta betina itu, biarkanlah dia bebas
mencari makannya sendiri”. Nabi Saleh mengatur secara adil sumber air buat yang
diminum oleh manusia dan air untuk yang diminum oleh unta betina tersebut. Unta
betina hanyalah ujian Allah sebagai tanda untuk menakut-nakuti. Namun kaum
Samud melakukan perbuatan yang melampaui batas. Mereka mengganggu, menyakiti
dan menganiaya unta betina itu. Maka turunlah azab Allah berupa hujan batu yang
membinasakan seluruh kaum Samud.
Di
masa sekarang, para penyelenggara negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif)
di semua tingkatan dan lini dapat dimaknai sebagai kaum Samud dan unta betina
dapat dimaknai sebagi rakyat Indonesia. Biarkanlah rakyat Indonesia menikmati
apa yang seharusnya menjadi haknya. Janganlah hak rakyat diselewengkan dan
dikorupsi habis-habisan yang menyebabkan terjadinya inflasi, harga-harga
melambung tinggi yang menyebabkan rakyat tidak memiliki “daya beli” sehingga
mereka susah makan.
Di
pulau Jawa sudah banyak masyarakat yang hanya makan nasi aking yaitu nasi basi
yang dikeringkan kemudian dimasak kembali untuk dimakan. Ini menandakan
kebebasan rakyat untuk membeli beras sudah diganggu sebagai dampak melemahnya
“daya beli” masyarakat.
Allah
menurunkan azabnya kepada kaum Samud. Allah menurunkan azabnya kepada
penyelenggara negara di semua tingkatan. Hujan batu dapat dimaknai sebagai
demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan oleh rakyat. Semua demonstrasi hanya
mempermasalahkan “kesulitan hidup”. Demonstrasi adalah tanda-tanda yang
datangnnya dari Allah untuk menakuti.
Ayat
60 surah Al’isra untuk menggambarkan suasana batin rakyat Indonesia dan ayat 59
Al’isra yang menggambarkan pelanggaran-pelanggaran penyelenggara pemerintahan
berjalan terus dan berputar seperti tidak akan ada habisnya. Demonstrasi tidak
akan pernah habis kecuali ratu adil (Satrio Piningit) yang memimpin
penyelenggara pemerintahan. Dan alam pun ikut serta memperlihatkan
tanda-tandanya. Bencana tsunami, gempa bumi, banjir bandang dan tanah longsor
di mana-mana, letusan gunung berapi di dasar laut dan di darat dan sebagainya
memberi tanda-tanda kepada kita bahwa azab Allah yang sangat keras telah
diturunkan (17:58). Jika kita tidak melihat tanda-tanda alam ini sebagai azab
Allah dan tidak mengambilnya sebagai pelajaran, bukan tertutup kemungkinan
Allah akan membinasakan sebagian besar penduduk Indonesia sebelum hari kiamat
tiba, dan menyisakan sedikit penduduk untuk menikmati era baru, era
pemerintahan ratu adil (Satrio Piningit). Goro-goro dan Satrio Piningit adalah
satu kesatuan yang tidak mungkin bisa dipisahkan. Tanpa goro-goro Satrio
Piningit tidak akan pernah muncul di tengah-tengah kita semua.
Telaah
kritis peristiwa pemuda Ashabul Kahfi yang bersembunyi sangat relevan dengan
ramalan Joyoboyo tentang Satrio Piningit yang bersembunyi. Kajian ini dilakukan
bukan karena dilandasi oleh dorongan hawa nafsu duniawi atau karena ada
maksud-maksud tertentu sehingga dapat mengurangi nilai objektifitasnya sebuah
tulisan. Kajian ini dilakukan dengan niat suci dan tulus ingin memberi sesuatu
yang berarti buat bangsa Indonesia hususnya buat ummat islam. Apalah arti
seorang Cahyo Nayaswara, seorang seniman religius yang berpakaian apa adanya,
berbicara apa adanya di tengah-tengah orang-orang yang merasa dirinya kaum
cerdik cendikia. Cahyo Nayaswara hanyalah seperti sebuah busa di tengah
samudera yang luas, yang tidak punya arti apa-apa bagi banyak orang. Tapi
barangkali ada juga sedikit orang yang berfikir dan melihat busa itu sebagai
petunjuk Tuhan bahwa di bawah busa itu, di dasar lautan yang dalam ada sebuah
mutiara indah yang mahal harganya yang patut diselami.
Dan
kepada banyak orang yang menolak kebenaran ini biarkanlah dia mendengar firman
Allah di bawah ini:
v Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling dari
padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?.
Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga
mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka;
dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan
mendapat petunjuk selama-lamanya. (18 : 57)
Cahyo
Nayaswara bukan orang pertama yang menyampaikan kebenaran ramalan Joyoboyo tapi
Cahyo Nayaswara adalah orang pertama yang menyampaikan kebenaran ramalan
Joyoboyo berdasarkan Alqur’an. Cahyo Nayaswara hanya menyampaikan atau
menyuarakan kebenaran tidak lebih dari sekedar sebagai Sabdo Palon Nayo
Genggong. Akan ada sedikit orang yang dapat menyelami makna-makna sebuah
perkataan seperti menyelami lautan dalam untuk mendapatkan mutiara indah yang
mahal harganya.,
Kepada
yang mulia Satrio Piningit, saya Cahyo Nayaswara atas nama pribadi dan keluarga
mengucapkan Salamun Alaikum Bima Sabartum. (keselamatan atasmu berkat
kesabaranmu)
Tentang Penulis:
Cahyo Nayaswara adalah
seniman religius yang bernaung di bawah wadah HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam)
berkantor di mesjid Istiqlal, Jakarta. Cahyo Nayaswara terinspirasi melakukan
kajian kritis terhadap surah Kahfi hususnya kisah Ashabul Kahfi setelah membaca
GERAKAN AL MAHDI (halaman 31) dikatakan “Satrio Piningit adalah seorang ksatria yang
sejak kecil berjuang secara terus menerus untuk menegakkan kebenaran tanpa
ingin diketahui oleh orang lain (memingit diri). Keyakinan ummat yahudi bahwa
Moses (versi jawa=Ratu Adil) akan berjalan dari gunung muriah Indonesia menuju
gunung Moriah di Israil. Moses akan memerintah di Israil di istana Raja
Sulaiman. Sekarang ini orang yahudi sedang giat-giatnya membangun kembali kuil
dan istana Raja Sulaiman yang sudah runtuh”. Mas Cahyo yang selama ini bergelut di dunia filsafat
mulai berfikir kritis! Kenapa Satrio Piningit harus ke Israil, bukankah orang
israil telah melukai hati ummat islam dengan mengusir bangsa Palestina dari
negaranya sendiri ?. Apakah bangsa Indonesia yang mayoritas islam menolak
Satrio Piningit sehingga dia harus pergi ke Israil ?. Kalau memang orang islam
menolaknya maka biarlah Mas Cahyo sebagai seorang muslim sejati yang
menerimanya meski hanya seorang diri. Tapi bagaimana caranya, Mas Cahyo takut
salah. Takut kalau hanya taqlid buta. Jangankan GERAKAN AL MAHDI, dan ramalan
Joyoboyo, Hadits nabi Muhammad saja Mas Cahyo tolak kalau tidak masuk di logika
Mas Cahyo meski semua orang mengatakan hadits
itu sahih. Satu waktu tiba-tiba Mas Cahyo mendengar suara. Suara itu
menyebut ashabul kahfi. Mas Cahyo yakin, suara itu adalah petunjuk Allah.
Selanjutnya Mas Cahyo melakukan kajian dan menuliskan hasil kajian Mas Cahyo
dengan judul Satrio Piningit menurut Alqur’an. Semoga tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi Mas Cahyo pribadi. Amin.
#########################################################################################
Cahyo
Nayaswara
ASHABUL
KAHFI (1)
Siapakah
engkau sesungguhnya
hai,
pemuda ! …….
engkau
berdiri tegak dengan gagahnya
mengapa
engkau tidak mau membungkuk
di depan
rajamu
hai,
pemuda !
pandanganmu
lurus ke depan
sorotan
matamu tajam menusuk
berkilau
seperti mata pedang
yang
merobek-robek selimut kesombongan
dan
mencabik-cabik keangkuhan Decius*)
Siapakah
engkau sesungguhnya
hai,
pemuda !
Tunduklah-Tunduk
kamu pada rajamu
(dengan
tegas kamu menjawab)
kami
adalah ashabul kahfi
kelompok
kecil pemuda terpilih
yang
diikat oleh tali keyakinan
simpul
tali tak kan mungkin bisa dilepas
tak
kan mungkin bisa diputus
kami
hanya akan tunduk pada Tuhan
yang
menguasai kerajaan langit dan bumi
Tanggal, 21 Juni 2012
*) Deyanux (Decius) adalah nama seorang raja
dimasa ashabul kahfi
Cahyo
Nayaswara
ASHABUL KAHFI (2)
Haa
iii ….. Pemudaaa……
aku
berteriak lantang mencari pemuda itu
suaraku
keras membahana
seperti
genta bersahut-sahutan
memantul-mantul
di antara bukit-bukit cadas
angin
bertiup kencang mengantar suaraku
dan
suaraku terhisap dan terserap habis
oleh
sebuah kekuatan dari dalam sebuah gua
yang
luas dan lapang
yang
sunyi, yang hening dalam kedamaian
Suaraku
……..
telah
membangunkan orang dari lelap tidurnya
(kemudian
aku bertanya)
seberapa
lamakah engkau tertidur
hai,
pemuda !
seharikah
atau setengah dari sehari
Sesungguhnya
betapa singkatnya waktu yang kamu rasakan
matahari
terbit terbenam silih berganti
selama
tiga ratus tahun
dan
ditambah sembilan tahun
lamanya
engkau ditidurkan
Tanggal
21 Juni 2012
Cahyo
Nayaswara
ASHABUL
KAHFI (3)
Ya
Allah ……..
sungguh
Engkau telah menarik cahaya Alqur’anMu
seperti
sebuah layar di atas panggung
yang
tersingkap kemudian diterangi lampu
dan
segalanya menjadi jelas
segalanya
menjadi terang benderang
aku
melihatnya ya Allah
dan
aku melihatnya dengan kekuatan
akal
fikiranku dan aku tahu
para
pemuda ashabul kahfi-Mu
adalah
para ksatria Allah
yang
sengaja Engkau sembunyikan
Kekuatanku
adalah bukti kelemahanku
kelemahanku
adalah bukti ketiadaanku
ketiadaanku
adalah bukti bahwa yang ada hanyalah Engkau
Engkau
yang menyembunyikan ksatria-Mu
Engkau
pula yang menghendaki mereka ditemukan
maka
terimalah penghambaanku ya Allah
di
kakiMu aku bersujud
dan
kusujdkan kepalaku ini
maka
jadilah segala
kehendakMu.
Tanggal 24 Juni 2012
Cahyo
Nayaswara
ASHABUL
KAHFI (4)
Telah
tersingkir yang samar-samar
Oleh
ampuhnya kekuatan nalar
Selimut
kegelapan ashabul kahfi
dibiarkan
pergi menepi
Ashabul
Kahfi adalah ksatria Allah
yang
tertidur lama karena ditidurkan
yang
lama bersembunyi karena disembunyikan
Berapakah
jumlahmu
wahai
pemuda ksatria Allah
apakah
tiga, lima atau tujuh
biarkanlah
itu menjadi rahasia Tuhanmu
Yang
pasti kalian memiliki seekor anjing
tanda
kesetiaan, persahabatan dan persaudaraan
tanda
kalian saling berbagi jiwa dan kehidupan
itulah
budaya para ksatria dimana saja
Yang
pasti kalian memiliki seorang imam
yang
digelari Allah sebagai Mahdi
Yang
pasti kalian memiliki seorang pemimpin
yang
di negeri Nuswontoro di gelari
Satrio
Piningit.
Indonesia (Timur), 25 Juni 2012